Dokter Marwan Sultan, Direktur Medis RS Indonesia di Gaza. (BBC INDONESIA) GAZA, KOMPAS.com - Rumah Sakit Indonesia di kawasan Gaza utara kedatangan korban luka dan tewas terbanyak akibat serangan udara Israel ke pengungsian Jabalia, pada Selasa, 31 Oktober lalu. Pengeboman yang menyebabkan 400 korban tewas dan luka itu digambarkan sebagai "Indonesia mengutuk sekeras-kerasnya serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menewaskan sejumlah warga sipil," kata Menlu RI Retno Marsudi dalam keterangannya, Selasa (21/11/2023). Rumah Sakit Indonesia, yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Gaza utara, rusak parah akibat serangan Israel. Kerusakan parah ini menyebabkan Rumah Sakit Indonesia tidak bisa digunakan lagi. “Kami terkejut dan ngeri melihat pemandangan yang ditinggalkan oleh pasukan Israel di Rumah Sakit Indonesia," ujar Direktur Jenderal Bisnis.com, SOLO - Rumah Sakit (RS) Indonesia menjadi sasaran bom Israel, hingga menewaskan satu staff lokal. "Satu staf lokal MER-C yang tengah berada di lokasi, Abu Romzi, syahid akibat serangan ini," demikian keterangan MER-C Indonesia lewat akun Instagram @mercindonesia, Sabtu (7/1072023). Tak hanya itu, serangan bom dari Israel juga Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza ini dibangun di atas tanah seluas 16.261 meter persegi (m2) yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Tanah ini merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Uluran tangan berbagai pihak. Tanah rumah sakit merupakan tanah wakaf dari Pemerintah Palestina seluas 16.261 meter persegi. Pembangunan RS Indonesia di Gaza dimulai pada 14 Mei 2011. Dana awal pembangunan rumah sakit sebesar Rp 15 miliar bersumber dari sisa sumbangan masyarakat Indonesia. Halaman Selanjutnya. RkEt.

rumah sakit indonesia di gaza